Sabtu, 28 Januari 2017

laporan praktikum mikobiologi koefisien fenol

BAB I
DASAR TEORI

1.1       KOEFISIEN FENOL
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua subkultur dieramkan pada suhu 37O selama48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu. Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan dilakukan V1 C1 = V2 C2.
Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah pengenceran.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi paspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).

1.2       DESINFEKTAN
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati.
Ø  Sifat-sifat penting Desinfektan
·         Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :
·         Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
·         Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
·         Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.
·         Memiliki daya tembus yang tinggi.
·         Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
·         Tidak mengganggu proses kesembuhan.
·         Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus
memiliki juga sifat-sifat berikut :
·         Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.
·         Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.
·         Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
·         Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.









BAB II
PRINSIP DAN TUJUAN

2.1       PRINSIP KERJA
Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut kontak dengan desinfektan dalam waktu 5, 10, 15 menit.

2.2       TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengevaluasi daya antimikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol












BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1       LANGKAH KERJA
1.      Pembuatan Media
Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukan kedalam 12 tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml.
Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 gram, ekstrak daging 5 gram, dan NaCl 5 gram, pH akhir 6.8.
2.      Pembuatan Inokulum
Bakteri salmonella thyposa atau staphylococcus aureus sebelumnya telah ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 24-48 jam.
Tahap pengenceran uji bakteri adalah sebagai berikut :
a.       Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0.9%
b.      Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. Aureus tersebut (pilih salah satu) kedalam larutan NaCl dengan osse, dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland III (109 kuman/ml).
c.       Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml
d.      Siapkan tiga buah tabung reaksi masing-masing berisi 4.5 ml NaCl fisiologis 0.9%
e.       Pipet 0.5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml) pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4.5 ml NaCl. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 108 kuman /ml
f.       Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0.5 ml dari suspense kuman 108 dan memindahkanya kedalam tabung berisi 4.5 ml NaCl yang kedua. Suspense kuman kini berkonsentrasi 107 kuman /ml
g.      Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0.5 ml dari suspensi kuman 107 kedalam tabung terakhir NaCl. Suspense kuman telah setara dengan 106 kuman/ml. suspensi dengan konsentrasi inilah yang akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
3.      Pembuatan Larutan Baku Fenol
Dibuat larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara menimbang 2.5 gram fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran konsentrasi menjadi 1: 80 dengan memipet 12.5 ml larutan fenol 5% ditambahkan dengan 37.5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran 25 x 150 mm.
4.      Pembuatan Larutan Desinfektan
Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril berukuran 25 x 150 mm. tahapannya adalah sebagai berikut :
a.       Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquadest dengan volume yang berbeda-beda didalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4.5 ml, dan 7 ml secara beruntun.
b.      Lakukan pengenceran pertama dengan memipet 1 ml larutan desinfektan kedalam 9 ml air suling sehingga konsentrasi menjadi 1:10
c.       Pengenceran selanjutnya adalah memindahkan 1 ml desinfektan 1:10 kedalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada tabung ini 1:80
d.      Pindahkan 0.5 ml desinfektan 1:80 kedalam 4.5 ml aquadest sehingga konsentrasi kini 1:100
e.       Pipet 0.5 ml desinfektan 1:100 kedalam tabung berisi 7 ml air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150
f.       Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang konsentrasinya 1:80, 1:100, 1:150, oleh Karena itu, samakan volumenya masing-masing menjadi 5 ml.
Media, bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan fenol dengan memperhitungkan waktu kontak, 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient Broth dengan menandai F5’, F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.
·         Uji Fenol
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanayak 0.5 ml kedalam larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 osse dari campran tersebut kedalam tabung F10’. Setelah 5 menit kemudian, ambil 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung F15’.
·         Uji I 1:80
Pipet inkulum berkonsentrasi 106 kuman /ml sebanyak 0.5 ml kedalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung berlabel DES 1:80 5’.lima menit kemudian ambil lagi 1 osse   dari campuran tersebut kedalam tabung DES 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil lagi 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung DES 1:80 !5’.
·         Uji II 1:100
Pipet inkulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0.5 ml kedalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung berlabel DES 1:100 5’.lima menit kemudian ambil lagi 1 osse   dari campuran tersebut kedalam tabung DES 1:100 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil lagi 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung DES 1:100 !5’.
·         Uji III 1:150
Pipet inkulum berkonsentrasi 106 kuman /ml sebanyak 0.5 ml kedalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung berlabel DES 1:150 5’.lima menit kemudian ambil lagi 1 osse   dari campuran tersebut kedalam tabung DES 1:150 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil lagi 1 osse dari campuran tersebut kedalam tabung DES 1:150 15’. Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan didalam incubator pada suhu 370 C selama 24-48 jam. Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung pengamatan:
(+) keruh : ada pertumbuhan (-) jernih : tidak ada pertumbuhan.













Skema Langkah-langkah Praktikum

Hasil gambar untuk gambar cara inokulasi kuman kedalam desinfektan
Gambar 1 : Pembuatan Fenol standar

Hasil gambar untuk skema pembuatan inokulum
Gambar 2 : pengenceran desinfektan
Hasil gambar untuk gambar cara inokulasi kuman kedalam desinfektan
Gambar 3 : cara inokulasi kuman dalam desinfektan



3.2       PERHITUNGAN KONSENTRASI PENGENCERAN
            Koefisien Fenol = 
            Keterangan :
            A = konsentrasi fenol tercepat membunuh
            B = konsentrasi desinfektan tercepat membunuh
            C = konsentrasi fenol terlama membunuh
            D = konsentrasi desinfektan terlama membunuh
            A/B + C/D = 1/80 : 1/150 + 1/80 : 1/80 : 2
                               = 150/80 + 80/80 : 2
                               = 1.875 + 1 : 2
                               = 2.875 : 2
                               = 1.5 kali dari fenol
Jadi potensi dan efektifitas desinfektan terhadap bakteri yaitu 1.5 kali dari fenol


           






BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1       HASIL PENGAMATAN
Setelah tabung reaksi diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam, maka   didapatkan hasil sebagai berikut :
1.      TABEL HASIL PENGAMATAN
NO
JENIS PENGENCERAN
WAKTU / MENIT
5
10
15
1
FENOL
1 : 80
-
-
+
2
DESINFEKTAN
1 : 80
+
+
+
3
DESINFEKTAN
1 : 100
+
-
-
4
DESINFEKTAN
1 : 150
-
+
+
Tabel 1 : Hasil pengamatan setelah diinkubasi 24 jam

2.      FOTO HASIL PENGAMATAN
                 
Gambar 1 : fenol 1:80 F5’                   Gambar 2 : fenol 1:80 F10’
                        
Gambar 3 : fenol 1:80 F15’                 Gambar 4 : DES 1:80 5’

                  
Gambar 5 : DES 1:80 10’                   Gambar 6 : DES 1:80 15’

                  
Gambar 7 : DES 1:100 5’                   Gambar 8 : DES 1:100 10’    
                
Gambar 9 : DES 1:100 15’                 Gambar 10 : DES 1:150 5’

                 
Gambar 11 : DES 150 10’                  Gambar 11 : DES 150 15’

4.2       PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua bahan uji baik fenol ataupun desinfektan (wipol) ditumbuhi bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus (+) yang artinya bakteri dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut ditandai dengan adanya kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang digunakan ialah 1:80.
Sedangkan pengenceran desinfektan (wipol) yang digunakan ialah masing-masing 1:80, 1:100, 1:150. Dan penanaman bakteri dengan interval masing-masing 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.
Suspensi bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 3 tabung berisi pengenceran fenol tadi kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung tersebut ke dalam 3 tabung reaksi yang berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Pemindahan suspensi bakteri dari tabung dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan desinfektan yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang ditanamkan di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya indikasi kekeruhan yang timbul dalam bahan uji.
Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol maupun desinfektan (wipol). Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan.
Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Faktor yang mempengaruhi gagalnya praktikum ini adalah kerja yang tidak aseptis. Komunikasi saat proses kerja mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan. Saat berkomunikasi, percikan air liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut akan menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya bunuh desinfektan. Faktor lainnya kemungkinan disebabkan oleh peralatan yang tercemar/ tidak aseptis.
Faktor-faktor lain kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan praktikan antara lain adalah:
Ø  Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.
Ø  Pengenceran desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, praktikan mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, dan 1:150. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman yang dibiakkan.





BAB V
PENUTUP

5.1       KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :
1.    Larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri dapat menyebabkan kematian bakteri gram negative (Escherichia Coli) yang ditanam di dalamnya.
2.    Larutan desinfektan yang paling cepat membunuh bakteri gram negative (Escherichia Coli) yaitu desinfektan dengan konsentrasi 1:150, terbukti pada menit ke 5 bakteri sudah mati.
2.      Potensi dan efektifitas desinfektan terhadap bakteri yaitu 1.5 kali dari fenol












DAFTAR PUSTAKA

Hargono Yus, C.Y. M.Sc. modul praktikum mikrobiologi farmasi. Universitas Al- ghifari. Bandung





Tidak ada komentar:

Posting Komentar