BAB I
DASAR TEORI
1.1 TEORI MIC
Konsentrasi minimun penghambatan atau
lebih dikenal dengan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi
terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari
antibiotika dan mikroba. MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan
untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC
berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai MIC
dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. MIC dari
sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC terhadap
seluruh strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba
adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antimikrobial
yang sering digunakan adalah metode Difusi Lempeng Agar. Uji ini dilakukan pada
permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas
saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi
diameter zona penghambatan diukur. Diameter zona pengambatan merupakan
pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba.
Sensitivitas klinik dari mikroba kemudian ditentukan dari tabel klasifikasi
(Jawetz et al.,1996).
Pertumbuhan mikroorganisme dapat
dikendalikan melalui proses fisik dan kimia. Pengendalian dapat berupa
pembasmian dan penghambatan populasi mikroorganisme. Zat antimikrobial adalah
zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial terdiri dari antijamur dan
antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih zat antimikrobial kimiawi adalah :
1. Jenis
zat dan mikroorganisme.
Zat
antimikrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya
karena memiliki kerentanan yang berbeda-beda.
2. Konsentrasi
dan intensitas zat antimicrobial
Semakin tinggi
konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya
kemampuannya dalam mengendalikan mikroorganisme.
3. Jumlah
organisme.
Semakin banyak
mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin lama waktu yang
diperlukan untuk mengendalikannya.
4. Suhu
Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimicrobial
Suhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimicrobial
5. Bahan
organic
Bahan
organik asing dapat menurunkan efektivitas zat antimikrobial dengan cara
menginaktifkan bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal tersebut karena
penggabungan zat dan bahan organik asing membentuk zat antimikrobial yang
berupa endapan sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat mikroorganisme.
Akumulasi bahan organik terjadi pada permukaan sel mikroorganisme sehingga
menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat antimikrobial dengan
mikroorganisme (Boyd, 1980).
Faktor lain yang mempengaruhi adalah
dosis antibiotika yang diberikan. Beberapa masalah adalah konsentrasi dari zat
kemoterapi dalam jaringan, dimana menghasilkan konsentrasi obat lain lebih
besar atau lebih rendah daripada yang digunakan dalam laboratarium. Hal itu
penting, sehingga level obat itu dapat dicapai dalam bermacam bagian tubuh
dapat diketahui seperti halnya sensitivitas relative dari bakteri pathogen.
Sensitifitas relatif disebut dengan Minimum Inhibitory Concentration atau MIC
(Pelczar,1988).
Prinsip dasar metode ini adalah dengan
cara memberikan bakteri / kuman uji dengan kepadatan tertentu kepada bahan
antibakteri yang akan diuji pada konsentrasi yang semakin kecil. Kepekaan
bahan uji terhadap bahan anti-bakteri ditentukan dengan pengamatan secara
makroskopis setelah masa inkubasi berakhir yaitu dengan melihat ada
tidaknya pertumbuhan koloni kuman / bakteri uji dalam tabung ( medium cair )
yang ditandai keruhnya medium cair yang dipakai (Pelczar, 1988).
Metode ini digunakan untuk menentukan
kadar hambat minimal (KHM) suatu senyawa anti-bakteri. Pada metode ini
digunakan erlenmeyer yang diisi media cair dan sejumlah tertentu bakteri yang
diuji, kemudian masing-masing erlenmeyer diisi dengan senyawa yang diuji.
Erlenmeyer-erlenmeyer tersebut diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam, untuk
selanjutnya diamati turbidansi atau kekeruhannya dengan menggunakan
spektrofotometer UV-VIS. Konsentrasi terendah senyawa yang memberikan hasil
biakan yang mulai tampak jernih merupakan Kadar Hambat Minimal senyawa
tersebut. Metode Tube Dilution Test mempunyai keuntungan karena dapat menguji
daya bakteriostatik dan bakterisidal sekaligus, namun metode ini hanya dapat
menguji satu bahan antibakteri dalam satu kali kegiatan (Pelczar, 1988)
BAB II
PRINSIP DAN TUJUAN
2.1 PRINSIP KERJA
Metode
pengenceran konsentrasi
Adanya
kekeruhan yang menunjukan adanya pertumbuhan bakteri yang masih resisten
2.2 TUJUAN
PRAKTIKUM
Menentukan
Minimum Inhibitory Concentration
(MIC) suatu sediaan uji terhadap baktei gram positif maupun gram negative,
dengan menggunakan metoda MIC cair atau MIC padat.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 LANGKAH KERJA
- METODA CAIR
- Masukan
sediaan uji kedalam labu ukur, larutkan dengan pelarut awalnya. Kemudian
tambahkan pengencer akhir sampai sampai tanda batas. Jika sediaan uji
berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukan kedalam labu
ukur.
- Rencanakn
pengenceran dan lakukan perhitungan konsentrasi campuran pada masing-masing
tabung besar dan tabung-tabung kecil.
- Buat
pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
- Isi
tabung reaksi kecil pertama dengan 1 ml NB double strength, sedangkan
tabung-tabung reaksi selanjutnya dengan 1 ml NB biasa.
- Pipet
1 ml hasil pengenceran terakhir kedalam tabung 1 berisi NB double
strength, kocok ad homogeny
- Pipet
1 ml hasil campuran dari tabung 1 ke tabung 2, kocok ad homogeny
- Ulangi
langkah tersebut sampai tabung terakhir. Buang 1 ml campuran dari tabung
terakhir
- Tambahkan
1 osse bakteri kedalam masing-masing tabung kecil, kocok sampai homogeny.
- Ulangi
langkah 3 sampai 7 untuk bakteri yang lain
- Buat
1 kontrol positif dan 1 kontrol negative. Control positif terdiri dari 1
ml NB dan 1 osse bakteri (salah satu saja). Control negative hanya berisi
1 ml NB
- Inkubasikan
semua tabung kecil pada suhu 370 C selama 18-24 jam. Amati kekeruhan
yang terjadi, bandingkan dengan control positif dan negative
- Tentukan
dimana MIC nya. MIC terletak pada rentang konsentrasi terkecil yang tidak
menunjukan adanya pertumbuhan bakteri (berwarna bening, sesuai dengan
control negative) dan konsentrasi pertama yang menunjukan adanya
pertumbuhan bakteri (berwana keruh).
Skema
Langakah Kerja Metoda MIC Cair
Gambar 1.
Pengenceran Amoxycillin Gambar 2.
Pengenceran NB
Gambar 3. Control
Positif Gambar 4.
Control Negatif
Gambar 5.
Pemijaran Gambar
6. Bakteri 109
- METODA MIC PADAT
1. Masukan
sediaan uji kedalam labu ukur, larutkan dengan pelarut awalnya kemudian
tambahkan pengencer akhir sampai tanda batas. Jika sediaan uji berbentuk padat,
gerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukan kedalam labu ukur.
2. Rencanakan
pengnceran dan hitung konsentrasi campuran pada masing-masing tabung besar dan
cawan-cawan petri.
3. Buat
pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
4. Bagi
permukaan dasar cawan menjadi area-area sama besar. Beri label nama bakteri
yang akan digunakan pada setiap area.
5. Pipet
1 ml masing-masing pengenceran kedalam cawan-cawan petri. Tambahkan 18 ml NA
cair bersuhu 40-500 C, goyangkan beberapa saat, lalu diamkan sampai
membeku.
6. Goreskan
masing-masing bakteri pada area yang terpisah dengan menggunakan osse. Buat
control positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri, yang digores oleh
bakteri-bakteri yang digunakan di area yang terpisah.
7. Inkubasikan
semua cawan petri pada suhu 370 selama 18-24 jam. Amati pertumbuhan
bakteri dari koloni-koloni yang tampak. Bandingkan morfologi koloni-koloni
tersebut dengan control positif.
8. Tentukan
dimana MICnya. MICterletak pada rentang konsentrasi terkecil yang tidak
menunjukan adanya pertumbuhan koloni bakteri dan konseentrasi pertama yang
menunjukan adanya pertumbuhan koloni bakteri.
3.2 PERHITUNGAN
KONSENTRASI PENGENCERAN
v Perhitungan Metode MIC cair
Rumus pengenceran :
V1.
M1 = V2. M2
Perhitungan :
Tabung ke-1 : V1.M1 = V2. M2
2
ml . 2500 μg = 10 . M2
M2
= 5000/10
M2 = 500 μg
Tabung
ke-2 : V1. M1 = V2 . M2
5 ml . 500
μg = 10 ml. M2
M2 = 2500/10
M2 = 250 μg
Tabung ke-3 ; V1. M1 = V2. M2
5
ml. 250 μg = 10 ml. M2
M2
= 1250/10
M2
= 125 μg
Tabung ke-4 ; V1. M1 = V2. M2
5
ml. 125 μg = 10 ml. M2
M2
= 625/10
M2
= 62,5 μg
Tabung ke-5 ; VI. M1 = V2. M2
5 ml. 62,5 μg = 10 ml. M2
M2
= 312,5/10
M2
= 31,25 μg
Tabung ke-6 : VI. M1 = V2 . M2
5
ml. 31,25 μg = 10 ml. M2
M2
= 156.25 /10
M2
= 15.625 μg
Tabung ke-7 : VI. MI = V2. M2
5
ml. 15.625 μg = 10 ml. M2
M2
= 78.125 /10
M2
= 7.8125 μg
Tabung ke-8 : VI. M1 = V2. M2
5
ml. 7.8125 μg = 10 ml. M2
M2
= 39.0625/10
M2=
3.90625 μg
v Perhitungan Metoda MIC Padat
Pengenceran
Amoxicillin 500 mg
Kelarutan
dalam air : 3.430 mg/L
500
mg Amoxicillin dilarutkan dengan 200 ml air
Larutan
Amoxicillin = 500 mg / 200 ml
= 250 mg / 100 ml
= 2.500 mg / L
= 2500μg / ml
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
- Tabel Hasil
Pengamatan Metoda MIC Cair
PENGAMATAN
|
|
|
TABUNG REAKSI
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
KEKERUHAN
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
2.
Tabel
Hasil Pengamtan Metoda MIC Padat
PENGAMATAN
|
CAWAN PETRI
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
CONTROL
POSITIF
|
|
PERTUMBUHAN
BAKTERI
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
- Foto Hasil
Pengamatan Metoda MIC Cair
Gamabar
1. NB 1 + C.P Gambar 2. NB 2 + C.P
Gamabar
3. NB 4 + C.P Gambar 4. NB 5 + C.P
Gamabar
5. NB 6 + C.P Gambar 6. NB 7+ C.P
Gamabar
7. NB 8 + C.P
Keterangan
:
C.P
= Control Positif
4.
Foto
Hasil Pengamatan Metoda MIC Padat
Gambar
1. cawan petri 1 Gambar
2. cawan petri 2
Gambar
3. Cawan Petri 3 Gambar
4. Cawan petri 4
Gambar
5. Cawan petri 5 Gambar
6. Cawan petri 6
Gambar
7. Cawan petri 7 Gambar
8. Cawan petri 8
Gambar
9. Cawan petri 9 Gambar
10. Na +bakteri
4.2 PEMBAHASAN
1)
Pembahasan
MIC Cair
Praktikum metode MIC cair ini dilakukan
untuk menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) satu sediaan uji
terhadap bakteri. Sediaan antibiotik yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Amoxicillin. MIC adalah konsentrasi antibiotik terendah dimana pertumbuhan
bakteri terhambat. MIC biasanya dapat dilihat pada, tabung reaksi bening
terakhir dan tabung reaksi sebelum keruh pertama.
Sebelum melakukan percobaan ini, semua
peralatan percobaan harus disterilisasikan untuk memastikan peralatan
benar-benar bersih dan hasil percobaan tidak dipengaruhi oleh mikroba yang
mungkin terdapat di atas permukaan peralatan. Media yang digunakan
adalah Nutrient Broth yang bertujuan untuk memberi tambahan nutrisi. Bakteri
yang digunakan yaitu Escherichia Coli.
Percobaan dimulakan dengan mengencerkan
larutan antibiotika Amoxicillin yang sudah sediakan di labrotorium. 1 ml
larutan amoxicillin ditambahkan dengan 8 ml aquadest steril kedalam tabung
reaksi . Diteruskan pula dengan pengenceran bertingkat. Ini dilakukan ke dalam
enam tabung reaksi kecil. Tabung reaksi kecil (1) diisikan dengan 1ml Nutrient Broth double strength dan yang
lainnya diisi dengan 1ml Nutrient Broth biasa. Ini adalah
karena Nutrient Broth double strength terdapat kandungan nutrisi dua kali
ganda daripada Nutrient Broth biasa. Maka ini dapat membedakan efektivitas
antibiotik terhadap bakteri yang terdapat dalam dua Nutrient
Broth tersebut. 1ml antibiotik yang berkonsentrasi 5000 mg/ml dipipet ke
dalam tabung reaksi kecil (1) dan (2) masing-masing. Ini membuatkan tabung
reaksi (1) dan (2) berkonsentrasi 500 mg/ml. kemudian dari tabung reaksi kecil
(2) dilakukan pengenceran bertingkat amoxicillin ke semua tabung reaksi
seterusnya.
Volum pada tabung reaksi kecil terakhir
ini harus dibuang 1ml karena untuk membandingkan daya kerja satu antibiotik,
setiap tabung harus mendapatkan perlakuan yang sama, baik volume larutan antibiotik,
banyak suspensi bakteri dan juga konsentrasi dari suspensi bakteri tersebut.
Setelah tercampur sebelas tabung reaksi
kecil dimasukkan 1 ose bakteri Esherichia Coli dengan kuantiti yang sama banyak
dan dikocok sampai homogen. Ose harus difiksasi terlebih dahulu sebelum
pengambilan bakteri supaya ose steril dan dipengaruhi oleh bakteri udara
sekeliling. Setelah difiksasi, ose tidak boleh langsung dicelupkan pada media
tetapi harus tunggu sementara supaya bakteri tidak mati karena ose yang terlalu
panas. Selain itu, sebelum diambil, suspensi bakteri harus dihomogenkan
terlebih dahulu karena kemungkinan suspense bakteri berkumpul pada bahagian
bawah tabung reaksi.
Setiap tabung reaksi kecil yang
berisi bakteri diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Ini penting
untuk menunggu bakteri dan berkembang pada waktu yang diinginkan (Fasa log
bakteri), dimana maksimal. Tetapi sebaiknya hasil diamati setelah 24 jam karena
tidak seperti pada NA, nutrisi ada pada NB jauh lebih sedikit. Apabila lebih
dari 24 jam dikhawatirkan bakteri tersebut mengalami fasa kematian. Segala
perlakuan harus dilakukan secara aseptis yaitu dekat dengan api agar bakteri
lain yang berasal dari udara yang masuk ke dalam tabung reaksi akan menyebabkan
terganggunya hasil pengamatan.
Menurut hasil praktikum kami tabung
reaksi yang pertama memberikan hasil positif ditunjukkan dengan larutan keruh
karena pertumbuhan bakteri tidak dihambat atau sedikit saja yang dihambat oleh
antibiotika tersebut yang ditandai dengan tanda (+), kemudian tabung reaksi
kedua menunjukan hasil negative yaitu ditandai dengan (-). Pada tabung reaksi
kedua dan ketiga hasilnya sama seperti pada tabung reaksi ke satu dan kedua,
selanjutnya tabung reaksi ke 5 dan ke 6 hasilnya posiif (+), selanjutnya tabung
reaksi ke 7 hasilnya adalah negative dan yang terakhir hasilnya yaitu positive.
Kami sedikit ragu dengan hasil pengamatan yang kami peroleh apakah percobaan
ini berhasil atau tidak.
2)
Pembahasan
Metoda MIC Padat
Percobaan ini menguji Minimum Inhibitor Concentracy (MIC) dari
antibiotik amoxicillin terhadap bakteri Eschericia coli. MIC adalah konsentrasi terkecil zat antimikroba yang masih mempunyai
daya hambat atau mulai bekerja pada mikroorganisme tertentu atau dengan
kata lain konsentrasi terendah antibiotik untuk membunuh bakteri di dalam
cawan petri atau in vitro.
Sediaan yang diuji dalam percobaan ini adalah amoxicillin. Dalam melarutkan
pada labu ukur, harus
diperhatikan ketepatan dalam menambahkan air sampai tanda batas, jika pelarut
melebihi tanda batas maka konsentrasi amoxicillin akan
berkurang. Begitu juga sebaliknya jika
pelarut yang ditambahkan kurang dari tanda batas,konsentrasi amoxicillin akan
lebih besar dari yang diperhitungkan.
Sebelum memulai praktikum, dilakukan
perencanaan pengenceran dan perhitungan konsentrasi. Pertama-tama
dilakukan pengenceran sesuai dengan perhitungan. Setelah dilakukan pengenceran
pada tabung, dilakukan pembagian pada permukaan dasar cawan petri 9 buah dan salah satu cawan sebagai kontrol positif.
Setiap cawan ini diberi label untuk mempermudah
dalam pengamatan.
Pada penggunan cawan petri, jangan
dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar isi cawan tidak terkontaminasi oleh udara
luar. Kemudian setiap tabung reaksi kecil yang telah dilakukan pengenceran,
yaitu dengan konsentrasi 500 μg (tabung ke 1), 250 μg
(tabung ke 2), 125 μg (tabung ke 3), 62,5 μg (tabung ke 4), 31,25 μg (tabung ke
5), 15,625 μg (tabung ke 6), 7,812 μg (tabung ke 7), 3,906 μg (tabung ke 8) diambil 1 ml dari masing-masing tabung dan dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri.
Proses ini dilakukan dalam keadaan aseptik untuk menghindari kontaminasi dari udara luar.
Lalu ditambah dengan 18 ml nutrien agar (NA) cair bersuhu 40-50 ºC. Nutrien agar harus tetap dalam suhu tersebut
karena jika di bawah suhu tersebut,
nutrien agar akan nmembeku dan tidak
bisa dituang. Pada saat penuangan juga harus dilakukan dalam keadaan aseptik. Setelah
ditambahkan nutrien agar, cawan petri tersebut segera digoyang perlahan
pada permukaan yang datar, untuk mencegah nutrien agar membeku lebih dulu
sebelum bercampur sempurna dengan antibiotik. Setelah itu, didiamkan hingga
membeku. Medium ini harus
tercampur sempurna agar pertumbuhan pada bakteri yang dapat tumbuh dapat tersebar merata.
Setelah nutrien agar membeku, bakteri E.coli (109) digoreskan pada medium menggunakan osse. Penggoresan harus
dilakukan secara hati-hati, supaya medium padat tidak rusak, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh. Setelah itu,
cawan petri ini diinkubasi pada suhu
37 ºC selama 24 jam. Proses inkubasi
dilakukan untuk menciptakan suasana ideal dalam proses pembiakan bakteri
sehingga proses dapat berlangsung maksimal. Waktu 24 jam ditentukan karena
pada rentang waktu tersebut bakteri berada pada fase perkembangbiakan optimal.
Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri
dalam cawan petri. Pada bagian yang ditanam oleh bakteri E.coli (109) memberikan hasil
yang positif pada semua konsentrasi antibiotik. Hal ini menunjukkan
bahwa berbagai konsentrasi antibiotik tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. terlihat pertumbuhan pada konsentrasi tersebut.
Pada MIC padat, satu sampel antibiotik dapat mengidentifikasi sekaligus lebih dari satu
bakteri, sedangkan pada MIC cair tidak bisa demikian yaitu satu antibiotik
digunakan untuk satu bakteri. MIC terletak pada cawan petri bening terakhir
atau sebelum cawan petri ditumbuhi bakteri pertama. Hasil percobaan ini
dicatat dan sebagai patokan dalam menentukan hasil pengamatan, sampel uji
dibandingkan dengan kontrol positif. Jika ada pertumbuhan, bakteri yang
terdapat di dalam cawan hidup (hasil positif). Sebaliknya, jika
tidak ada pertumbuhan (bening) berarti bakteri yang terdapat di dalamnya
mati (hasil negatif).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
a. Dalam
percobaan ini, perbedaan pengaruh konsentrasi antibiotik seharusnya memberikan
hasil pertumbuhan koloni bakteri yang berbeda. Tetapi disebabkan konsentrasi
antibiotik yang digunakan terlalu kecil dan tidak sesuai maka penentuan MIC
dari suatu antibiotik itu tidak dapat diketahui.
b. Minimum
Inhibitory Concentration (MIC) dari antibiotik amoxicillin
terhadap bakteri Eschericia coli adalah 3,906 µg oleh karena itu pada
kesemua cawan petri ditumbuhi koloni-koloni bakteri.
DAFTAR
PUSTAKA
Hargono Yus, C.Y. M.Sc. modul praktikum mikrobiologi
farmasi. universitas Al- ghifari. Bandung
Anne Ahira. 2009. Antibiotika
Boyd, Robert F., 1988. General Microbiology.
Second Edition. Times Mirror/Mosby College Publishing.
Jawetz et. al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 20. EGC:Jakarta.
Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan.
1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. UI Press, Jakarta.
Ratu Balqis. 2008. Staphylococcus
aureus.http://queenofsheeba.wordpress.com /2008/07/22/bakteri-staphylococcus-aureus/ [
diakses pada 26 Maret 2011]
Eka Yuliani, Switiani. Maret 2013. Kadar Hambat Minimal Antibiotik
Tersedia :
Switianiekayuliani.blogspot.co.id/2013/03/kadar-hambat-minimal-antibiotik_8963.html
(online) diakses 27 September 2016
Anonymous. 2007. Antibiotic
Resistance.
Tersedia
: http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic_resistance (online) diakses 26
September 2016
Anonymous. 2007. MinimumInhibitory Concentration.
Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Minimum_inhibitory_concentration (online) diakses 26
September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar